02 Juni, 2009
The Great Maldini
Paolo Maldini meemang luar biasa, banyangkan dia mampu menjaga konsistensi penampilan selama 25 tahun berkarir di level tertinggi kompetisi sepakbola baik Italia, Eropa maupun Dunia. Jadi kalau ada tifosi ultras yang mengejek Maldini, seharusnya mereka itu malu. Mereka tidak pantas disebut tifosi Milan atau Milanisti, karena seorang Milanisti haruslah menghormati Paolo Maldini sebagaimana Milanisti mnghormati jasa Baresi, Van Basten, Gullit, Capello dan sebagainya. Di dunia ini hanya ada dua klub yang mempensiunkan nomor punggung buat pemain yang dianggap sanagt berjasa banyak buat klub itu. Yang pertama adalah Napoli yang mendedikasikan no 10 untuk seorang Maradona, karena membuat Napoli juara seri A, dan piala UEFA tahun 1989. Milan mempensiunkannomor 6 untuk sang Il Capitano Franco Baresi yang bermain sejak 1979 sampai dengan 1997. Nomor 3 juga akan diistirahatkan untuk Paolo Maldini dan nanti hanya trah Maldini saja yang boleh memakainya. Dan dinasti Maldini hanya sedikit dua generasi ayah dan anak yang menjuarai Liga Champion Eropa dengan klub yang sama. Gen Maldini memnag ciamik tentunya. Jadi memang Milan sangat kehilangan Maldini sebagai pemain terakhir sisa The Dream Team era Trio Belanda, Milan ke depan dengan pelatih baru harus memulai imperim baru untuk menjadi The New Dream Baru ke depan. Bukan Los Galacticos, tetapi membuat tim yang bermain seperti tim yang tak terkalahkan. Tidak hanya mengandalkan fulus semata.
LEONARDO DAN TANTANGAN BARU KE DEPAN
Resmi sudah Milan menunjuk Leonardo sebagai coach baru Milan musim depan. Sebuah pekerjaan berat, karena pelatih yang digantikan adalah pelatih yang cukupsukses bersama milan yang mengembalikan Milan menjadi klub elite di Eropa dengan raihan dua trofi Liga Champion dan satu scudetto. So, dengan minim pengalaman melatih Leonardo diharuskan berhadapan dengan pemain-pemain bintang di Milan. Bukan pekerjaan mudah, tapi Milan bisa berkaca pada pengalaman Barcelona yang menunjuk Pep Guardio;a dan hasilnya luar biasa. Ancelotti pun dulu sebelum melatih Milan gagal di Juve dan hanya runner up di Parma dan membawa Reggiana promosi ke seri A. Jadi kalau mengaca pada pengalaman, nyatanya Sacchi dan Capello serta Tabarez , Terim juga pernah gagal menangani Milan. Jadi seorang allenatore memang banyak hal yang kudu dimiliki, jadi meski minim pengalaman masih banyak hal yang dikerjakan Leonardo dan sebagai Milanisti mari kita dukung Leonardo mengarsiteki Milan.
31 Mei, 2009
Leonardo, next allenatore Milan
So, akhirnya Mas Leo yang jadi coach Milan. Muda, minim pengalaman, tapi Milanmemang butuh penyegaran, bosen juga liat om Carletto masih percaya ama orang orang tua. Ganti dong awak Milan dengan yang lebih fresh. Perombakan harus dilakukan. PR buat Mas Leo adalah mulai dari kiper, cari kiper muda yang berkualitas. Kiper Cagliari cukupOK kalau diambil. Terus lini belakang, Tiago Silva berduet dengan Nesta. Buang saja Favalli.Maksiamlkan Sanderos, Bonera,lini tengah dengan Kaka masih diMilan, maksimalkann Flamini. Terus depan buang Sheva, Ronnie. Leo kudu berani ngedesak Galliani suapay dicarikan pemain muda yang segar dan harganya pasti lebih murah diabnding beli Ronaldinho.
29 Mei, 2009
KAKA Pergi gak papa
Selama ini Milanisti sering dicemaskan akan rumor kepergian Kaka entah ke Chelsea, Madrid atau Man City. Menurut say abiarlah Kaka hengkang dari Milan. Ndak masalah, karena Milan itu bukan hanya Kaka seorang, namun juga masih ada pemain yang lain. Dan penjualan kaka akan sangat membantu keuangan tim karena bisa menutupi defisit dan bahkan bisa untuk pembelian pemain baru.
Mungkin para Milanisti heran, mengapa saya kok mendukung penjualan Kaka. Saya mempunyai alasan karena rumor kepindahan Kaka sangat kencang itu sungguh membuat konsentari pemain lain menjadi terganggu. Masih ingat dulu Sheva ngotot keluar dari Milan, saya sebagai Milanisti juga tidak suka dan berharaap Sheva akan tetap di Milan. Ternyata Sheva di Chelsea cuman makan gaji buta doang, sekarang ngemis-ngemis merengek rengek kembali ke Milan. Uadhlah, klub jangan hanya tergantung satu pemain saja.Mending Milan mencari pemain muda atau memaksimalkan Primavera Milan untk meremajakan tim. Toh masih ada Ronnie, atau juga Gourcuff yang mebawa Boerdeaux juara Liga Perancis. Kaka pergi, Ancelotti pergi, Milan memang butuh angin segar. Memang berat, tapi SHOW MUST GO ON
Mungkin para Milanisti heran, mengapa saya kok mendukung penjualan Kaka. Saya mempunyai alasan karena rumor kepindahan Kaka sangat kencang itu sungguh membuat konsentari pemain lain menjadi terganggu. Masih ingat dulu Sheva ngotot keluar dari Milan, saya sebagai Milanisti juga tidak suka dan berharaap Sheva akan tetap di Milan. Ternyata Sheva di Chelsea cuman makan gaji buta doang, sekarang ngemis-ngemis merengek rengek kembali ke Milan. Uadhlah, klub jangan hanya tergantung satu pemain saja.Mending Milan mencari pemain muda atau memaksimalkan Primavera Milan untk meremajakan tim. Toh masih ada Ronnie, atau juga Gourcuff yang mebawa Boerdeaux juara Liga Perancis. Kaka pergi, Ancelotti pergi, Milan memang butuh angin segar. Memang berat, tapi SHOW MUST GO ON
19 Mei, 2009
KENAPA RONNIE DAN KAKA SULIT MENYATU
Memiliki Kaka dan Ronnie, dua megabintang dalam satu tim memang kalau dilihat secara se kilas akan membuat tim menjadi begitu hebat. Tapi, kenyataannya tim itu kurang bersinar. Milan misalnya, Carletto harus memutar otak untuk bagaimana memadukan antara Kaka dan Ronnie. Ada beberapa kemungkinan mengapa dua pemain ioi sulit menyatu dalam satu tim.
1. Tipikal yang sama
Kedua pemain ini memiliki tipikal yang hampir mirip. Sebagai pusat penyerangan bagi tim, sekaligus membagi bola, membuka ruang buat temannya, menciptakan gol dan juga kadang mengejutkan lawan dari second line. Dalam beberapa pertandingan kita bisa melihat bagaimana Kaka sering berbenturan dengan Ronnie di lapangan. Adanya Kaka tidak bisa membuat Ronnie bebas, begitupun sebaliknya. Jadi jangan heran kalau kita sering menyaksikan Ronnie pringas-pringis di pinggir lapangan.
2. Pola permainan
Pola Milan memang tidak memungkinkan adanya dua playmaker bertipe sama dalam satu tim. Kalau kita analisis lini tengah Milan sejak dipegang Carlo diisi hanya satu playmaker: Rui Costa menjadi playmaker, Rivaldo manghuni bangku cadangan. Ketika Kaka masuk, Rui Costa dan Rivaldo hanya jadi cadangan. Beda dengan Pirlo yang menjadi playmaker tapi bertipikal pembagi bola dan jangkar di lini tengah yang ruang geraknya lebih banyak mengontrol di tengah lapangan. Dua gelandang diisi Gattuso dan Ambrosini yang bertipe perebut bola dari lawan dan penghancur pertama serangan lawan. Beckham lebih banyak berlari lewat sayap kanan dan meluncurkan crossing akurat. Seedorf meski playmaker tapi dia bisa beradaptasi dengan Kaka, Rui Costa karena Seedorf lebih mengedepankan fisik dan tidak terlalu menuntut menjadi pusat penyerangan, sifatnya mendukung Kaka ataupun Ronnie.
3. Faktor adaptasi
Ternyata Ronnie belum bisa 100% beradaptasi dengan sepakbola Italia. Ronie masih terbawa kultur Spanyol yang measih memungkinkan membawa bola, menggocek dan aksi insividu tanpa didukung fisik yang tangguh. Ingat Italia identik dengan pertahanan kuat. Sering kali kita melihat Milan menembak 20 kali tapi tak ada yang masuk gawang, malah kadang kebobolan. Fisik Ronnie yang menurun drastis menjadi penyebab gagalnya di Milan.
1. Tipikal yang sama
Kedua pemain ini memiliki tipikal yang hampir mirip. Sebagai pusat penyerangan bagi tim, sekaligus membagi bola, membuka ruang buat temannya, menciptakan gol dan juga kadang mengejutkan lawan dari second line. Dalam beberapa pertandingan kita bisa melihat bagaimana Kaka sering berbenturan dengan Ronnie di lapangan. Adanya Kaka tidak bisa membuat Ronnie bebas, begitupun sebaliknya. Jadi jangan heran kalau kita sering menyaksikan Ronnie pringas-pringis di pinggir lapangan.
2. Pola permainan
Pola Milan memang tidak memungkinkan adanya dua playmaker bertipe sama dalam satu tim. Kalau kita analisis lini tengah Milan sejak dipegang Carlo diisi hanya satu playmaker: Rui Costa menjadi playmaker, Rivaldo manghuni bangku cadangan. Ketika Kaka masuk, Rui Costa dan Rivaldo hanya jadi cadangan. Beda dengan Pirlo yang menjadi playmaker tapi bertipikal pembagi bola dan jangkar di lini tengah yang ruang geraknya lebih banyak mengontrol di tengah lapangan. Dua gelandang diisi Gattuso dan Ambrosini yang bertipe perebut bola dari lawan dan penghancur pertama serangan lawan. Beckham lebih banyak berlari lewat sayap kanan dan meluncurkan crossing akurat. Seedorf meski playmaker tapi dia bisa beradaptasi dengan Kaka, Rui Costa karena Seedorf lebih mengedepankan fisik dan tidak terlalu menuntut menjadi pusat penyerangan, sifatnya mendukung Kaka ataupun Ronnie.
3. Faktor adaptasi
Ternyata Ronnie belum bisa 100% beradaptasi dengan sepakbola Italia. Ronie masih terbawa kultur Spanyol yang measih memungkinkan membawa bola, menggocek dan aksi insividu tanpa didukung fisik yang tangguh. Ingat Italia identik dengan pertahanan kuat. Sering kali kita melihat Milan menembak 20 kali tapi tak ada yang masuk gawang, malah kadang kebobolan. Fisik Ronnie yang menurun drastis menjadi penyebab gagalnya di Milan.
15 Mei, 2009
Carletto Chelsea
Wah kalau Milan memang memrlukan penyegaran, biar gak monoton. Boseh juga kalu Milan hanya dilatih pelatih yang sama. lagian cara mainny abiar lebih frsh, Van Basten, Riklaard boleh juga. Sayang ya Nesta cedera parah, heran Nesta menaglami cedera yang parah, mungkin biasa juga musim ini Nesta akan pensiun batreng Maldini.
10 Mei, 2009
Pemain Yang Membedakan Hasil

Kalau kita lihat Milan nampaknya sudah menemukan pemain yang bisa merubah hasil akhir. Kehadiran Kaka sebagai kekuatan Milan membuat serangan Milan menjadi begitu ciamik. Coba aja kondisi ini terjadi sejak awal tentunya Milan akan berada di peringkat 1. Gak kaya sekarang. Kendala utama Milan adalah cedera pemain yang sangat banyak melanda pemainnya. Juve nanti malam akan dihajar oleh Milan tentunya. Alur serangan Milan sekarang lebih sexy, mungkin lebih sexy dari sexy football versi Gullit di Chelsea dulu. SO...Milan ready to fly
Langganan:
Postingan (Atom)