17 Januari, 2010

Contoh Penelitian Sosial

BAB I
PENDAHULUAN


Medernisasi dewasa ini telah menghantarkan masyarakat dan para pemuda khususnya meninggalkan tradisi sebagai warisan budaya leluhur nenek moyang bangsa Indonesia.Sekarang ini upacara tradisional sangat langka dan sepi pengunjung lantaran mereka tidak tahu makna yang terkandung dalam peringatan upacara tersebut.Contohnya upacara sedekah bumi,lomban,meron,selapanan,
sedekah laut dan upacara lainnya yang berhubungan dengan tradisi.

A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar(Koentjaraningrat,1990: 45).
Setiap kebudayaan yang dimiliki manusia mempunyai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal, meliputi :1.bahasa,2.sistem pengetahuan,3.organisasi sosial,4.sistem peralatan hidup dan tehnologi,5.sistem mata pencaharia hidup,6.sistem religi,dan7.kesenian.
Dalam masyarakat yang sudah maju, norma-norma dan nilai-nilai kehidupan dipelajari melalui jalur pendidikan baik secara formal maupun non formal, sedangkan pada masyarakat tradisional cara bersosialisasi berbentuk upacara tradisional.Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan para warga masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama.
Upacara tradisional sebagai bagian internal dari kebudayaan masyarakat pendukungnya dan kelestarian hidup memiliki fungsi dalam pembinaan sosial budaya warga.
Makna dan nilai dalam upacara tradisional mencerminkan asumsi yang baik yang dapat dipakai dalam pengendalian sosial.Mereka akan puas dan bangga bila telah melaksanakan upacara tradisional yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya untuk melestarikan leluhur.Untuk itu diupayakan,dipertahankan dan melakukan pembinaan terhadap generasi secara terus menerus.
Masyarakat Sukolilo memiliki upacara tradisi Meron yang merupakan gabungan antara unsur-unsur agama islam dengan budaya Jawa atau kejawen.Tradisi Meron dilaksanakan untuk menghormati hari maulud nabi dan memberi hiburan kepada rakyat Sukolilo.
Dari fenomena itulah penulis tertarik untuk menulis karya tulis yang berjudul “MAKNA TRADISI MERON BAGI MASYARAKAT KECAMATAN SUKOLILO,KABUPATEN PATI TAHUN 2009.”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah :
1. Faktor apakah yang melatarbelakangi pelaksanaan Tradisi Meron di Desa Sukolilo?
2. Bagaimana pelaksanaan upacara Tradisi Meron di desa Sukolilo?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis “MAKNA TRADISI MERON BAGI MASYARAKAT KECAMATAN SUKOLILO,KABUPATEN PATI TAHUN 2009”adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan Tradisi Meron.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan upacara Tradisi Meron di Desa Sukolilo.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah :
1. Untuk melengkapi tugas sosiologi semester genap tahun ajaran 2009/20010
2. Untuk memperkenalkan budaya masyarakat setempat
3. Untuk memperkaya budaya bangsa khususnya budaya daerah

E. Pembatasan Masalah
1. Makna Tradisi Meron
Dahulu Mataram ingin menaklukkan Pati yang di pimpin oleh saudara dari Demang Sukolilo, Suro Kandam.Setelah perang usai,dia ingin menjaga persaudaraan dengan Demang Sukolilo,sehingga dia memutuskan untuk menginap di Sukolilo. Karena bertepatan dengan Maulid Nabi,dia menyuruh untuk mengadakan upacara slametan dan untuk menghibur warga setempat yang disebut Meron.
2. Tradisi Meron
Setiap tanggal 13 Rabiul Awal,penanggalan tahun Hijriyah masyarakat desa Sukolilo menggelar tradisi turun-temurun yang disebut, Meron.Tradisi itu sudah ada sejak abad ke-17,pada masa pemerintahan Mataram.Tradisi Meron ini lepas dari tradisi sekatenan yang ada di Yogyakarta atau Surakarta.Rakyat menyambutnya dengan gembira,karena itulah keramaian itu disebut Meron yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya Rame dan Iron-ironan tiruan.Perayaan Meron dikenal dengan gunungan.Sejumlah makanan yang terbuat dari beras ketan ini disusun dalam tiga tingkatan seperti gunung.Dalam perayaan ini,ada belasan gunungan yang diarak ke Masjid Baitul Yaqin di desa Sukolilo,kecamatan Sukolilo.Persiapan Meronan untuk membuat gunungan disiapkan sejak satu bulan sebelumnya.Biasanya dalam gunungan itu,ada tiga jenis makanan yang terbuat dari beras ketan yaitu Cucur,Once,dan Ampyang.Setelah gunungan itu jadi dan diarak di Masjid desa,gunungan itu tidak diperebutkan,melainkan setelah lima hari perayaan meron itu selesai baru dibagi-bagikan pada tetangga perangkat desa.

F. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam karya tulis ini yang berjudul“MAKNA TRADISI MERON BAGI MASYARAKAT KECAMATAN SUKOLILO,KABUPATEN PATI TAHUN 2009”, ialah tentang:1.Faktor apakah yang melatarbelakangi pelaksanaan Tradisi Meron?, 2.Bagaimana pelaksanaan upacara Tradisi Meron di Desa Sukolilo?

G. Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan karya tulis yang berjudul “MAKNA TRADISI MERON BAGI MASYARAKAT KECAMATAN SUKOLILO,KABUPATEN PATI TAHUN 2009” adalah:

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Sikap Hidup Orang Jawa
Suku bangsa Jawa memiliki ciri kemasyarakatan antara lain kekeluargaan,gotong-royong dan keTuhanan.Pertama,masyarakat kekeluargaan artinya masyarakat Jawa bukan sekumpulan manusia yang menghubungkan individu akan tetapi merupakan suatu kesatuan yang lekat terikat satu sama lain oleh norma-norma kehidupan karena sejarah,tradisi dan agama.Unit terkecil dalam masyarakat dalah keluarga.Hidup kekeluargaan sungguh-sungguh mewujudkan hidup bersama dalam masyarakat yang paling kecil di masyarakat desa.
Kedua,masyarakat gotong-royong.Hidup bersama dengan menerapkan gotong-royong merupakan ciri khas kekeluargaan.
Gaya hidup ini selalu diwariskan dari sebuah generasi ke generasi berikutnya.Semangat gotong royong selalu menyala dalam hati warga masyarakat desa.
Ketiga,Masyarakat keTuhanan.Suku Jawa pada zaman purba mempunyai kepercayaan animisme yaitu percaya adanya roh yang menguasai semua benda-benda,tumbuh-tumbuhan,hewan dan manusia itu sendiri.Agama Hindhu di Jawa membawa kepercayaan tentang dewa-dewa yang menguasai dunia.Kemudian agama Budha,Islam,Kristen yang masuk ke Jawa membawa perkembangan bagi masyarakat Jawa dalam keyakinan yaitu yakin kpada Tuhan Yang Maha Esa (Herususanto, 2003:38-39)
B. Sistem Religi
Frizer dalam Koentjaraningrat (1985:27) menyatakan bahwa ada perbedaan besar antara ilmu gaib dan religi. Ilmu gaib adalah segala sistem tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyadarkan diri kepada kemauan dan kekuasaan mahkluk-mahkluk halus seperti roh-roh,dewa-dewa dan sebagainya yang menempati alam.Sedangkan Religi menurut R. \Otto menyatakan bahwa penyebab religi adalah sikap takut dan terpesona tetapi tetap tertarik untuk bersatu dengan hal yang gaib dan keramat yang tidak dapat dijelaskan dengan akal manusia.
Masyarakat Jawa menganggap bahwa mahkluk halus dapat dibedakan yang berasal dari roh leluhur pelindung yaitu bahureksa dan danyang.Agar para mahkluk halus tersebut berkenan kepadanya maka waktu-waktu tertentu disediakan sesaji (sesajen).Sesaji terdiri dari beberapa jenis makanan kecil dan bunga tertentu yang di arak dari Masjid Baitul Yaqin hingga jalan-jalan di Sukolilo.Pada waktu meletakkan sesaji tersebut biasanya disertai doa dan mantra-mantra khusus.Di Sukolilo Meronan dilaksanakan dengan tujuan mengucap syukur pada Tuhan dan berharap agar diberi keselamatan serta rejeki yang lebih pada setiap penduduknya.
Unsur-unsur yang terkandung dalam upacara meliputi bersaji,berdoa,berpuasa dan arak-arakan.Menurut Koentjaraningrat (1985:14) beberapa komponen religi meliputi :
1. Emosi keagamaan
2. Sistem keyakinan
3. Sistem ritus
4. Peralatan ritus dan upacara
5. Umat agama
Berdasarkan ke lima unsur tersebut dalam Tradisi Meron dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Emosi keagamaan,menunjukan manusia memiliki sikap religius yang artinya suatu getaran yang menggetarkan jiwa manusia.
2. Sistem keyakinan,adalah wujud dan gagasan manusia yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat-sifat Tuhan,tentang wujud dan alam gaib,terjadinya alam dan dunia,tentang akherat,tentang wujud dan ciri-ciri kekuatan sakti nenek moyang, roh leluhur, dewa roh jahat, hantu dan mahkluk gaib lainnya.Selain itu keyakinan menyangkut sistem nilai dan sistem norma keagamaan,ajaran kesusastraan,dan ajaran doktrin religi lain yang mengatur tingkash laku manusia.
3. Sistem situs dan upacara dalam religi,berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang atau mahkluk halus lainnya dan dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan penghuni alam gaib lainnya.Ritus atau upacara biasanya berlangsung berulang-ulang baik setiap hari,setiap musim atau setiap tahun.Biasanya terdiri dari suatu kombinasi yang berangkaian beberapa tindakan seperti berdoa,bersujud,bersaji,berkorban,makan bersama,menari, menyanyi,berprosesi,berseni drama suci,berpuasa,bertapa dan bersemedi.
4. Dalam situs dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan seperti tempat atau gedung pemujaan,masjid,langgar,gereja,pagoda,stupa,patung dewa,patung orang suci, alat bunyi-bunyian suci,dan para pelaku upacara yang seringkali harus mengenaikan pakaian yang juga dianggap suci seperti jubah pendeta,jubah biksu,mukenah dan sebagainya.
5. Umat adalah kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan melaksanakan sistem ritus serta upacara keagamaan. Secara antropologi dan sosiologi,kesatuan sosial yang bersifat agama itu dapat berwujud sebagai keluarga inti,keluarga luas,klen, gabungan klen,suku,marga,dan sebagainya.Sedangkan komunitas dapat berupa desa,gabungan desa dll.Organisai atau gerakan religi seperti organiasasi penyiaran agama,organisasi sanghai,organisasi gereja,partai politik yang berideologi agama,gerakan agama,orde agama dll.








Gambar 1. Bagan komponen keagamaan




C. Upacara Tradisional, Nilai dan Makna Budaya
Upacara tradisional sebagai bagian dari adat-istiadat dan wujud ideal dari kebudayaan,sistem nilai budaya seolah-olah berada diluar dan diatas diri individu sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sehingga konsep-konsep itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa masyarakat.Itulah sebabnya nilai-nilai budaya tadi sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dengan waktu singkat (Koentjaraningrat, 2000: 26)
Hardjana dalam Damami(2002:4-6)menyatakan manusia itu bersedia memeluk dan menghayati agama disebabkan oleh sekurang-kurangnya enam faktor yang mendorongnya yaitu:1.untuk memperoleh rasa aman,2.untuk mencari perlindungan,3.untuk mencari penjelasan esensial tentang dunia dan kehidupan di dalamnya,4.untuk memperoleh pembenaran yang memuaskan tentang praktik kehidupan yang semestinya,5.untuk meneguhkan tata nilai yang telah mengakar dalam masyarakat,dan 6.untuk memuaskan kehidupan nyata.
Dalam setiap bentuk masyarakat,meskipun masyarakat itu digolongkan dalam masyarakat sederhana ternyata didalamnya ditemukan sistem nilai budaya “cultural value system” yang diketahui sangat efektif penggunaanya.Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat.Nilai-nilai budaya tersebut terasa oleh warga masyarakat secara turun-temurun,sejak kecil sehingga mampu berakar kuat dalam alam jiwa para warga masyarakat.Nilai budaya tersebut bernilai sangat umum,memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan umumnya sulit diterangkan secara rasional dan nyata.Sistem nilai budaya tersebut menjadi salah satu pilihan yang cukup signifikan bagi kelompok-kelompok tertentu.


D. Kerangka Berfikir

Gambar 2. Bagan Kerangka Berfikir
















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN



A. Lokasi dan Waktu Penelitan
Tradisi Meron di Kabupaten Pati pelaksanaan penelitiannya tepat pada:
Tempat : Desa Sukolilo,Kecamatan Sukolilo,Kabupaten Pati
Waktu : 13-25 April 2009

B. Metode dan Subyek Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif yang artinya data yang dianalisis berbentuk deskriptif,tidak berupa angka-angka.Data yang terkumpul selalu berbentuk tulisan yang mencakup catatan,laporan dan foto-foto.Penelitian menggunakan metode kualitatif,karena secara langsung dapat menyajikan hubungan antara peneliti dan responden lebih peka
Menurut Bogdan dan Tylor,metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati(Meleong,1988:2).

C. Fokus Masalah Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada sebab-sebab mengapa masyarakat Sukolilo melakukan Tradisi Meron.Fokus penelitian ini meliputi :
1. faktor-faktor yang melatar belakangi pelaksanaan Tradisi Meron, 2. bagaimana pelaksanaan Tradisi Meron di Desa Sukolilo.

D. Sumber Data
Sumber data yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini antara lain:
1. Literatur
Yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku,arsip desa,dan koran yang berhubungan langsung dengan karya tulis ini.
2. Browsing Internet
Yaitu mencari situs-situs dalam internet mengenai Tradisi Meron untuk menambah bahan yang diperlukan dalam penulisan karya tulis ini.

E. Metode Pengumpulan Data
Data-data dikumpulkan dengan berbagai macam cara mulai dari mengumpulkan informasi yang berupa informasi dari internet yang berkaitan dengan Tradisi Meron dan juga dari buku-buku atau Koran-koran bacaan yang berisi tentang Tradisi Meron.

F. Validitas Data
Vasilitas Data pada karya tulis ini menggunakan teknik triangulasi sebagai pemeriksaan data.Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data.
Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda perbandingan dalam penulisan karya tulis ini meliputi:
1. Membandingkan apa yang dikatakan umum dengan apa yang dikatakan pribadi.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
3. Membandingkan keadaan dan persepsi seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, berpendidikan,orang pemerintahan dan orang kaya.
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumentasi.
Dengan demikian diharapkan teknik Triangulasi dapat memperoleh hasil penelitian yang benar-benar valid dan bisa mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan tersebut.

G. Metode Analisis Data
Data penelitian ini menggunakan metode analisis. Model analisis interaktif dengan tiga langkah,yaitu reduksi data,penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verivikasi.
Reduksi data dilakukan untuk menajamkan,menggolongkan,mengarahkan,membuang,yang tidak perlu dan mengorganisasikannya sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau verifikasi.Cara mereduksi data ialah dengan melakukan seleksi,membuat ringkasan atau uraian singkat dan menggolong-golongkan ke dalam suatu pola yang luas.Dalam hal ini meliputi factor-faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan Meron di desa Sukolilo kabupaten Pati,Jawa Tengah.Faktor apakah yang melatarbelakangi terjadinya Tradisi Meron di desa Sukolilo?
Penyajian data terwujud berdasarkan sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.Setelah data dikelompokkan atau digolong-golongkan menurut unit-unit kajian penelitian.Maka langkah selanjutnya yaitu membuat simpulan informasi dari data-data yang telah diperoleh di lapangan.
Penarikan simpulan atau verivikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna atau arti keteraturan,pola-pola,penjelasan,alur sebab akibat atau proposisi.Penarikan kesimpulan dilakukan untuk mencari inti pokok permasalahan.


















Gambar 3. Alur kegiatan Penelitian

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Desa Sukolilo
Sukolilo adalah desa di kecamatan Sukolilo,Pati,Jawa Tengah,Indonesia.Desa yang terletak di pegunungan Kapur Utara ini merupakan ibu kota dari kecamatan Sukolilo.Tepat di tengah-tengah desa di belah oleh jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Pati dengan Kabupaten Grobogan.Jalan ini sekaligus menjadi jalan alternatif untuk menuju Semarang maupun Yogyakarta.
Dengan luas wilayah 23,69 Km2 dan jumlah penduduk sebanyak 4227 jiwa/Km2 dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 51.112 jiwa dan penduduk wanita sebanyak 49036 jiwa.
2. Slametan yang ada di desa Sukolilo
Sebelum pembahasan tentang Tradisi Meron di Desa Sukolilo,penulis ingin menyampaikan beberapa selametan yang dilakukan oleh masyarakat desa Sukolilo berikut ini:
a. Upacara Kelahiran
Slametan upacara kelahiran diselenggarakan pada bulan ketujuh masa kehamilan(tingkep)yaitu upacara kehamilan yang di selenggarakan pada bulan ke tujuh apabila anak yang di kandung merupakan anak pertama bagi si Ibu,si Ayah atau keduanya.Slametan ini bertujuan mendapat keselamatan bagi si bayi yang di kandung sang ibu secara fisik dan mental jika di lahirkan kelak.Setelah kelahiran menginjak usia sembilan, diadakan selametan bubur plonco yang bertujuan agar bayi dilahirkan tidak mengalami hambatan dan lancar dalam proses kelahiran.Setelah bayi lahir,diadakan kelahiran bayi dan diakhiri dengan puputan yaitu lepasnya tali pusar sang bayi. Slametan ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran sang jabang bayi ke dunia.
b. Upacara Kelahiran
Upacara khitan atau sunatan sebelum acara di mulai si anak di bawa ke makam untuk berziarah dan mengadakan selametan kecil-kecilan yang dilanjutkan dengan pesta yang mendatangkan sanak saudara dengan pesta bagi yang mempunyai dana.Pada upacara ini diadakan pula sesajen untuk arwah para leluhur dengan disediakan makanan berupa nasi, lauk pauk,minuman,dan beberapa bumbu pawon.
c. Upacara Perkawinan
Dalam upacara perkawinan terdapat tahapan sebelum dan sesudah diadakan perkawinan.Masyarakat Sukolilo upacara perkawinan dimulai dengan selametan sebelum menikah,slametan sepasaran(seminggu)dan selametan selapan (tiga puluh hari).Selametan sebelum acara perkawian di mulai sebelum acara pernikahan disebut malam pasean atau midodaren dilaksanakan dengan tujuan memohon doa restu kepada Tuhan,dan memohon kepada roh leluhur agar penyelenggaraan acara pernikahan berjalan dengan baik dan lancar.
Setelah acara diatas selesai,dilanjutkan dengan kunjungan pihak mempelai pria ke pihak mempelai perempuan yang disebut urun rembug(ujung)dan dilanjutkan lek-lekan sanak kadang mempelai.Selanjutnya setelah seminggu perkawinan, ada lagi selametan yang diadakan dengan maksud agar kasih sayang antara kedua mempelai dalam rumah tangga mereka masing-masing mempunyai tanggung jawab sesuai kewajiban mereka dan sejak hari itu lepas dari tanggung jawab orang tua.
d. Upacara Kematian
Upacara kematian diadakan sesudah seseorang meninggal dunia. Keluarga dikumpulkan untuk mendoakan jenazah yang dipimpin oleh modin.Pemakaman dilakukan secepat mungkin yang bertujan tidak meninggalkan duka yang terlalu mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.Setelah upacara pemakaman keluarga mengadakan slametan dengan tujuan agar arwah orang yang meninggal diterima disisi Yang Maha Kuasa sesuai dengan amal perbuatannya selama masih hidup di dunia.Pada malam harinya diadakan tahlilan oleh keluarga dengan mengundang tetangga dekak yang dipimpin modin sampai tujuh hari sejak orangnya meninggal.Beberapa slametan selanjutnya dilakukan pada hari ketiga,ketujuh,empat puluh, seratus,keseribu(nyewu)dengan jumlah tamu yang lebih banyak.
e. Upacara Sedekah Bumi
Selametan sedekah bumi diadakan sesuai dengan penanggalan Jawa yang sudah ditentukan secara turun temurun di desa Sukolilo. Upacara ini bertujuan untuk membersihkan roh-roh yang berbahaya dengan menghidangkan persembahan kepada danyang desa ( roh penjaga desa) ditempatkan pemakamannya (punden) yang dihadiri warga masyarakat dengan dana iuran bersama.Biasanya di meriahkan(nanggap) dengan wayang kulit atau kethoprak.
3. Faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan Tradisi Meron
Dahulu Mataram ingin menaklukkan Pati yang di pimpin oleh saudara dari Demang Sukolilo,Suro Kandam.Setelah perang usai,dia ingin menjaga persaudaraan dengan Demang Sukolilo, sehingga dia memutuskan untuk menginap di Sukolilo.Karena bertepatan dengan Maulid Nabi,dia menyuruh untuk mengadakan upacara slamatan dan untuk menghibur warga setempat yang disebut Meron.
4. Tradisi Pelaksanaan Meron
Setiap tanggal 13 Rabiul Awal, penanggalan tahun Hijriyah masyarakat desa Sukolilo menggelar tradisi turun-temurun yang disebut Meron.Tradisi itu sudah ada sejak abad ke-17 pada masa pemerintahan Mataram.Tradisi Meron ini lepas dari tradisi sekatenan yang ada di Yogyakarta atau Surakarta.Rakyat menyambutnya dengan gembira,karena itulah keramaian itu disebut Meron yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya Rame dan Iron-ironan tiruan.Perayaan Meron dikenal dengan gunungan.Sejumlah makanan yang terbuat dari beras ketan ini disusun dalam tiga tingkatan seperti gunung.Dalam perayaan ini, ada belasan gunungan yang diarak ke Masjid Baitul Yaqin di desa Sukolilo,kecamatan Sukolilo.Persiapan Meronan untuk membuat gunungan disiapkan sejak satu bulan sebelumnya.Biasanya dalam gunungan itu,ada tiga jenis makanan yang terbuat dari beras ketan yaitu Cucur,Once,dan Ampyang.Setelah gunungan itu jadi dan diarak di Masjid desa,gunungan itu tidak diperebutkan, melainkan setelah lima hari perayaan meron itu selesai baru dibagi-bagikan pada tetangga perangkat desa.

B. Pembahasan
Pati dan Mataram mempunyai hubungan kekerabatan yang baik.mereka sepakat mengembangkan Islam yang subur dan menentang setiap pengaruh kekuasaan asing.Banyak pendekar sakti mataram yang didatangkan ke Pati untuk melatih keprajuritan.Karena itu mereka harus tinggal berbulan-bulan2 bahkan bertahun-tahun di Pati.Ada seseorang bernama Ki Suta Kerta yang menjadi demang Sukolilo.Meskipun ayah dan kakeknya berasal dari Mataram dia belum pernah mengenal bumi leluhurnya.Tapi dia bersyukur tinggal di Pesantenan karena kotanya juga makmur,sebaliknya saudara Ki Suta yang bernama Sura Kadam ingin berbakti pada Mataram.
Dia pun pergi ke Mataram,ketika sedang bersiap menghadap Sultan,ada keributan.Ada seekor gajah mengamuk dan telah menewaskan penggembalanya.Sura Kadam pun berusaha mengatasi keadaan.Dia berhasil menjinakkan gajah dan menunggaginya,dia diangkat menjadi punggawa mataram yang bertugas mengurus gajah.Suatu hari Sura kadam bertugas memimpin pasukan mataram menaklukkan Kadipaten Pati.setelah perang usai,Sura Kadam pun menjenguk sasudaranya di kademangan Sukolilo.Demang Sura Kerta terkejut dan ketakutan,dia takut ditangkap dan diringkus .Sura Kadam mengetahui hal itu dan menjelaskan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk menyambung tali persaudaraan dan dia sudah membaktikan diri pada mataram.Dia minta ijin supaya para prajurit diijinkan menginap di kademangan Sukolilo sambil menunggu saat yang tepat untuk kembali ke Mataram.Sura kadam pun mengusulkan supaya mengadakan acara semacam sekaten untuk menghormati maulud nabi dan memberi hiburan pada rakyat.Kemudain mereka membuat gelanggang keramaian seperti sekaten.Rakyat menyambutnya dengan gembira,karena itulah keramaian itu disebut meron yang berasal dari bahasa jawa rame dan iron-tiron-tiruan.
Dan masyarakat Sukolilo memperingatinya setiap tanggal 13 Rabiul Awali penanggalan tahun hijriah masyarakat Desa Sukolilo. Masyarakat menyebutnya meron,tradisi serupa juga di gelar di Yogjakarta.Perayaan Meron dikenal dengan gunungan.Sejumlah makanan yang terbuat dari beras ketan ini disusun dalam tiga tingkatan seperti gunungan.Kegiatan tahunan ini salah satu yang paling dinanti masyarakat setempat.Masyarakat pada umumnya, berharap bisa mendapat berkah apabila memperoleh sesuatu dari Meron.Dalam perayaan tahun ini ada 13 gunungan yang diarak ke Masjid Baitul Yaqin di Desa Sukolilo,Kecamatan Sukolilo.
Sebelum diarak,para perangkat desa,ketua panitia penyelenggara meron telah mempersiapkan membuat gunungan sejak satu bulan yang lalu.Proses pembuatan gunungan yang butuhkan waktu lama ini,tak lain untuk menata segala perlengkapan yang berkaitan dengan pembuatan Meron.Dalam gunungan itu, ada tiga jenis makanan yang terbuat dari beras ketan.Makanan itu bernama Cucur, Once, dan Ampyang.
Membuat makanan ini harus penuh dengan kesabaran. Sebelum berbentuk tiga jenis makanan itu, beras ketan harus diolah lebih dulu.Setelah melalui proses pemasakan,makanan tersebut harus dijemur hingga mengering.Waktu penjemuran makanan ini, ujarnya,membutuhkan waktu yang lama.Bahkan,sampai satu minggu,hingga makanan bisa dimanfaatkan.
Kendala utama yang dihadapi,apabila terjadi hujan.Sebab setiap mau diadakan acara Meron sering jatuh pada musim hujan.Untuk pembuatan gunungan itu,perangkat desa dibantu oleh tetangga sekitarnya.Namun,dalam hal pendanaan pembuatan gunungan dari perangkat desa berasal dari kantong pribadi masing-masing.Membuat gunungan itu,membutuhkan biaya yang tidak sedikit.Bila dihitung dari bahan baku beras ketan saja membutuhkan antara 60 kg hingga 1 kuintal.Bahan bakunya tidak bisa diganti dengan yang lain.Kira-kira,biayanya bisa di atas Rp 5 juta untuk satu perangkat.Sebab,biayanya tidak hanya digunakan untuk beli bahan baku saja,tetapi untuk slametan juga.Setelah gunungan itu jadi dan diarak di masjid desa,gunungan itu tidak diperebutkan.Melainkan,setelah lima hari perayaan meron itu selesai baru dibagi-bagikan kepada tetangga perangkat desa.










BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
1. Masyarakat Jawa sebagai golongan etnis di Indonesia sangat memegang teguh tradisi.Hal ini tercermin dalam sikap hidup masyarakat Sukolilo yang termasuk sebagian kecil masyarakat Jawa yang masih memegang teguh tradisi,antara lain Tradisi Meron yang dilaksanakan setiap setahun sekali tepatnya saat Maulid Nabi.
2. Latar belakanng dilaksanakannya Tradisi Meron adalah Mataram ingin menaklukkan Pati yang di pimpin oleh saudara dari Demang Sukolilo,Suro Kandam.Setelah perang usai,dia ingin menjaga persaudaraan dengan Demang Sukolilo,sehingga dia memutuskan untuk menginap di Sukolilo.Karena bertepatan dengan Maulid Nabi,dia menyuruh untuk mengadakan upacara slametan dan untuk menghibur warga setempat yang disebut Meron.










B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian Proposal ini, saran yang dapat disajikan penulis adalah :
1. Tradisi Meron sebagai suatu kegiatan tradisi di desa Sukolilo yang bertujuan untuk mengormati para leluhur mereka serta untuk memperingati Maulid Nabi dan juga untuk menghibur rakyat sekitar.
2. Tradisi Meron sebagai peninggalan leluhur hendaknya selalu dilestarikan dan dipupuk supaya bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang modern seperti saat ini.
3. Tradisi Meron juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan tahunan bagi warga setempat dan bisa bekerja dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan agar keberadaan Tradisi Meron tidak ubah oleh waktu dan bisa dinikmati para turis dan generasi yang akan datang.













DAFTAR PUSTAKA

Damami Muhammad.2002.”Makna Agama dalam Masyarakat Jawa”. Yogyakarta:LESFI.
Geertz Clifford.1959.”Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa”Terjemahan Aswab Mahasin.Jakarta: Pustaka Jawa.
George Ritzer,Douglas.2004.”Teori Sosiologi Modern”. TerjemahanAlimandan.Jakarta:Prenada Media.
Herusatoto,Budiono.2003.”Simbolisme Dalam Budaya Jawa”. Yogyakarta :Hanindita Graha Widya.
Koentjaraningrat.1985.”Ritus Peralihan di Indonesia”.Jakarta:Balai Pustaka.
1990.”Pengantar Ilmu Antropologi.”Jakarta: Rineka Cipta.
1990.”Sejarah Ilmu Antropologi .”Jakarta:UI Press.
1993.”Metode-Metode Penelitian Masyarakat”.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
1994.”Kebudayaan Jawa.”Jakarta:Balai Pustaka.
Meleong, J. Lexy. 1988.”Metodologi Penelitian Kualitatif.”Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pratama,Aditya Bagus.2008.”Koleksi Pantun dan Puisi.” Surabaya:Pustaka Media.







Gambar-Gambar Tadisi Meron
Oleh: ifanda XII S2

Tidak ada komentar: