31 Mei, 2009
Leonardo, next allenatore Milan
So, akhirnya Mas Leo yang jadi coach Milan. Muda, minim pengalaman, tapi Milanmemang butuh penyegaran, bosen juga liat om Carletto masih percaya ama orang orang tua. Ganti dong awak Milan dengan yang lebih fresh. Perombakan harus dilakukan. PR buat Mas Leo adalah mulai dari kiper, cari kiper muda yang berkualitas. Kiper Cagliari cukupOK kalau diambil. Terus lini belakang, Tiago Silva berduet dengan Nesta. Buang saja Favalli.Maksiamlkan Sanderos, Bonera,lini tengah dengan Kaka masih diMilan, maksimalkann Flamini. Terus depan buang Sheva, Ronnie. Leo kudu berani ngedesak Galliani suapay dicarikan pemain muda yang segar dan harganya pasti lebih murah diabnding beli Ronaldinho.
29 Mei, 2009
KAKA Pergi gak papa
Selama ini Milanisti sering dicemaskan akan rumor kepergian Kaka entah ke Chelsea, Madrid atau Man City. Menurut say abiarlah Kaka hengkang dari Milan. Ndak masalah, karena Milan itu bukan hanya Kaka seorang, namun juga masih ada pemain yang lain. Dan penjualan kaka akan sangat membantu keuangan tim karena bisa menutupi defisit dan bahkan bisa untuk pembelian pemain baru.
Mungkin para Milanisti heran, mengapa saya kok mendukung penjualan Kaka. Saya mempunyai alasan karena rumor kepindahan Kaka sangat kencang itu sungguh membuat konsentari pemain lain menjadi terganggu. Masih ingat dulu Sheva ngotot keluar dari Milan, saya sebagai Milanisti juga tidak suka dan berharaap Sheva akan tetap di Milan. Ternyata Sheva di Chelsea cuman makan gaji buta doang, sekarang ngemis-ngemis merengek rengek kembali ke Milan. Uadhlah, klub jangan hanya tergantung satu pemain saja.Mending Milan mencari pemain muda atau memaksimalkan Primavera Milan untk meremajakan tim. Toh masih ada Ronnie, atau juga Gourcuff yang mebawa Boerdeaux juara Liga Perancis. Kaka pergi, Ancelotti pergi, Milan memang butuh angin segar. Memang berat, tapi SHOW MUST GO ON
Mungkin para Milanisti heran, mengapa saya kok mendukung penjualan Kaka. Saya mempunyai alasan karena rumor kepindahan Kaka sangat kencang itu sungguh membuat konsentari pemain lain menjadi terganggu. Masih ingat dulu Sheva ngotot keluar dari Milan, saya sebagai Milanisti juga tidak suka dan berharaap Sheva akan tetap di Milan. Ternyata Sheva di Chelsea cuman makan gaji buta doang, sekarang ngemis-ngemis merengek rengek kembali ke Milan. Uadhlah, klub jangan hanya tergantung satu pemain saja.Mending Milan mencari pemain muda atau memaksimalkan Primavera Milan untk meremajakan tim. Toh masih ada Ronnie, atau juga Gourcuff yang mebawa Boerdeaux juara Liga Perancis. Kaka pergi, Ancelotti pergi, Milan memang butuh angin segar. Memang berat, tapi SHOW MUST GO ON
19 Mei, 2009
KENAPA RONNIE DAN KAKA SULIT MENYATU
Memiliki Kaka dan Ronnie, dua megabintang dalam satu tim memang kalau dilihat secara se kilas akan membuat tim menjadi begitu hebat. Tapi, kenyataannya tim itu kurang bersinar. Milan misalnya, Carletto harus memutar otak untuk bagaimana memadukan antara Kaka dan Ronnie. Ada beberapa kemungkinan mengapa dua pemain ioi sulit menyatu dalam satu tim.
1. Tipikal yang sama
Kedua pemain ini memiliki tipikal yang hampir mirip. Sebagai pusat penyerangan bagi tim, sekaligus membagi bola, membuka ruang buat temannya, menciptakan gol dan juga kadang mengejutkan lawan dari second line. Dalam beberapa pertandingan kita bisa melihat bagaimana Kaka sering berbenturan dengan Ronnie di lapangan. Adanya Kaka tidak bisa membuat Ronnie bebas, begitupun sebaliknya. Jadi jangan heran kalau kita sering menyaksikan Ronnie pringas-pringis di pinggir lapangan.
2. Pola permainan
Pola Milan memang tidak memungkinkan adanya dua playmaker bertipe sama dalam satu tim. Kalau kita analisis lini tengah Milan sejak dipegang Carlo diisi hanya satu playmaker: Rui Costa menjadi playmaker, Rivaldo manghuni bangku cadangan. Ketika Kaka masuk, Rui Costa dan Rivaldo hanya jadi cadangan. Beda dengan Pirlo yang menjadi playmaker tapi bertipikal pembagi bola dan jangkar di lini tengah yang ruang geraknya lebih banyak mengontrol di tengah lapangan. Dua gelandang diisi Gattuso dan Ambrosini yang bertipe perebut bola dari lawan dan penghancur pertama serangan lawan. Beckham lebih banyak berlari lewat sayap kanan dan meluncurkan crossing akurat. Seedorf meski playmaker tapi dia bisa beradaptasi dengan Kaka, Rui Costa karena Seedorf lebih mengedepankan fisik dan tidak terlalu menuntut menjadi pusat penyerangan, sifatnya mendukung Kaka ataupun Ronnie.
3. Faktor adaptasi
Ternyata Ronnie belum bisa 100% beradaptasi dengan sepakbola Italia. Ronie masih terbawa kultur Spanyol yang measih memungkinkan membawa bola, menggocek dan aksi insividu tanpa didukung fisik yang tangguh. Ingat Italia identik dengan pertahanan kuat. Sering kali kita melihat Milan menembak 20 kali tapi tak ada yang masuk gawang, malah kadang kebobolan. Fisik Ronnie yang menurun drastis menjadi penyebab gagalnya di Milan.
1. Tipikal yang sama
Kedua pemain ini memiliki tipikal yang hampir mirip. Sebagai pusat penyerangan bagi tim, sekaligus membagi bola, membuka ruang buat temannya, menciptakan gol dan juga kadang mengejutkan lawan dari second line. Dalam beberapa pertandingan kita bisa melihat bagaimana Kaka sering berbenturan dengan Ronnie di lapangan. Adanya Kaka tidak bisa membuat Ronnie bebas, begitupun sebaliknya. Jadi jangan heran kalau kita sering menyaksikan Ronnie pringas-pringis di pinggir lapangan.
2. Pola permainan
Pola Milan memang tidak memungkinkan adanya dua playmaker bertipe sama dalam satu tim. Kalau kita analisis lini tengah Milan sejak dipegang Carlo diisi hanya satu playmaker: Rui Costa menjadi playmaker, Rivaldo manghuni bangku cadangan. Ketika Kaka masuk, Rui Costa dan Rivaldo hanya jadi cadangan. Beda dengan Pirlo yang menjadi playmaker tapi bertipikal pembagi bola dan jangkar di lini tengah yang ruang geraknya lebih banyak mengontrol di tengah lapangan. Dua gelandang diisi Gattuso dan Ambrosini yang bertipe perebut bola dari lawan dan penghancur pertama serangan lawan. Beckham lebih banyak berlari lewat sayap kanan dan meluncurkan crossing akurat. Seedorf meski playmaker tapi dia bisa beradaptasi dengan Kaka, Rui Costa karena Seedorf lebih mengedepankan fisik dan tidak terlalu menuntut menjadi pusat penyerangan, sifatnya mendukung Kaka ataupun Ronnie.
3. Faktor adaptasi
Ternyata Ronnie belum bisa 100% beradaptasi dengan sepakbola Italia. Ronie masih terbawa kultur Spanyol yang measih memungkinkan membawa bola, menggocek dan aksi insividu tanpa didukung fisik yang tangguh. Ingat Italia identik dengan pertahanan kuat. Sering kali kita melihat Milan menembak 20 kali tapi tak ada yang masuk gawang, malah kadang kebobolan. Fisik Ronnie yang menurun drastis menjadi penyebab gagalnya di Milan.
15 Mei, 2009
Carletto Chelsea
Wah kalau Milan memang memrlukan penyegaran, biar gak monoton. Boseh juga kalu Milan hanya dilatih pelatih yang sama. lagian cara mainny abiar lebih frsh, Van Basten, Riklaard boleh juga. Sayang ya Nesta cedera parah, heran Nesta menaglami cedera yang parah, mungkin biasa juga musim ini Nesta akan pensiun batreng Maldini.
10 Mei, 2009
Pemain Yang Membedakan Hasil
Kalau kita lihat Milan nampaknya sudah menemukan pemain yang bisa merubah hasil akhir. Kehadiran Kaka sebagai kekuatan Milan membuat serangan Milan menjadi begitu ciamik. Coba aja kondisi ini terjadi sejak awal tentunya Milan akan berada di peringkat 1. Gak kaya sekarang. Kendala utama Milan adalah cedera pemain yang sangat banyak melanda pemainnya. Juve nanti malam akan dihajar oleh Milan tentunya. Alur serangan Milan sekarang lebih sexy, mungkin lebih sexy dari sexy football versi Gullit di Chelsea dulu. SO...Milan ready to fly
Langganan:
Postingan (Atom)